Dunia fashion terus berputar cepat seiring perkembangan zaman. Perkembangan ini terjadi disebabkan masyarakatnya yang menciptakan trend sekaligus mengikutinya, dimana setiap negara mempunyai ciri tersendiri terhadap trend yang berkembang dan ini sangat tergantung pada pola hidup masyarakatnya. Seperti yang di ungkapkan designer luar negri Coco Chanel, “Fashion is not something that exists in dresses only. Fashion is in the sky, in the street, fashion has to do with ideas, the way we live, what is happening.”
Di negara Paris misalnya, masyarakatnya sangat berperan besar dalam perkembangan dunia fashion, dimana setiap trend yang sedang in, sebagian besar mereka mengikutinya, karena hal ini Paris dinyatakan sebagai kiblat mode dunia. Tidak hanya Paris saja, New York, London, Italy yang termasuk acuan dunia dalam hal fashion.
Saat ini sudah banyak negara yang berkecimpung dalam dunia fashion, yakni menentukan trend sendiri, bahkan setiap negara mempunyai banyak designer dan setiap setahun sekali mereka mengadakan acara “fashion week” untuk menentukan trend terbaru setiap tahunnya. Namun negara Eropa yang mempunyai 4 musim, mereka mengadakan pagelaran fashion show nya 4 kali setiap tahunnya, tergantung musim yang sedang berlaku.
Di negara Asia hanya mempunyai 2 musim, sehingga para designer hanya cukup sekali setahun mengadakan pagelaran fashion show.
Di negara Indonesia hanya sebagian kecil yang berani untuk menjadi “trend setter”, kebanyakan dari mereka menjadi “follower” yakni hanya mengikuti gaya berpakaian yang sudah banyak orang memakai. Berbeda dengan “trend setter”, yakni yang menciptakan trend / style pertama kali, dengan harapan bisa diterima dan diikuti. Namun menjadi trend setter tidak semudah menjual ‘kacang goreng’, justru banyak mendapat perlawanan bahkan tidak ada yang berani mengikutinya, bagi mereka hal baru masih asing, ini dikarenakan pola hidup masyarakatnya yg kurang berani tampil ‘nyeleneh’, dalam arti tampil dengan gaya lain daripada yang lain, banyak yang diantara mereka masih hanya menjadi follower atau pengikut gaya berpakaian yang sudah umum. Sebenarnya keadaan inilah yang menjadi tantangan bagi para designer untuk berkompetisi menjadi trend setter, banyak inovasi dan kreatifitas yang diciptakan dengan harapan dapat diterima pasar dengan baik.
Pada dasarnya tidak ada aturan mutlak yang menyatakan benar atau salah dalam dunia fashion, kuncinya hanya mengenali karakter diri dan memahami kelebihan dan kekurangan tubuh. Sudah bukan jamannya sekarang ini ‘harus mutlak’ mengikuti kiblat mode dunia, Paris, dalam hal berpakaian, karena budaya Indonesia berbeda dengan Paris.
Masyarakat Indonesia berbudaya santun, untuk itu dalam hal fashion boleh saja berkiblat pada Paris, namun di sesuaikan dengan budaya Indonesia, misalnya hanya mengambil beberapa unsur saja, seperti trend warna, textile, atau karakter style busananya. Dengan demikian, apalagi di jaman sekarang ini menuntut gaya berpakaian yang serba praktis dan sense international harus ada.