Indonesia kaya akan warisan seni kriyanya, masing-masing daerah Indonesia memiliki ciri khas kriya nya sendiri. Salah satu karya seni kriya Indonesia adalah kain tenun, proses pembuatannya yang masih menggunakan bantuan tangan manusia menjadikannya memiliki nilai yang tinggi, tak hanya coraknya yang khas namun juga kualitasnya yang lebih baik.
Kain Tenun Ikat Troso yang merupakan Kain Tenun Ikat yang dibuat dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) menjadi pilihan Tuneeca kali ini untuk menjadi detail busana pada katalog terbaru, Slavia Grunge dan European Ethnic. Kain ini tentu tak diragukan lagi kualitasnya, karena proses pengerjaannya dilakukan dengan ketrampilan yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat desa Troso Kabupaten Jepara, hingga keluwesan corak tetap terjaga.
Kain tenun ikat adalah salah satu seni kriya Nusantara yang sangat membutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam pembuatannya karena prosesnya memerlukan waktu cukup lama. Tenun atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami.
Benang yang digunakan adalah benang pakan yang dimasukkan melintang pada benang lungsin ketika menenun kain. Benang pakan digerakkan oleh tangan atau oleh mesin, dan diselipkan di sela-sela benang-benang lungsin. Sedangkan Benang lungsin atau benang lusi adalah benang tenun yang disusun sejajar (biasanya memanjang) dan tidak bergerak (terikat di kedua ujungnya), yang padanya benang pakan diselipkan.
Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan corak atau pola hias yang diinginkan, kemudian ditenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin, sehingga memerlukan pengrajin – pengrajin yang berdedikasi tinggi serta kesabaran yang sangat luar biasa. Namun demikian, kain-kain troso memiliki garis-garis yang menyerupai cacat kain, namun sebetulnya itu adalah garis yang terjadi karena penyambungan tenun dan wajar terdapat pada kain tenun ATBM.
Kain tenun ikat Troso memiliki corak tradisional yang kental, ketimbang corak kontemporer, sehingga ketika menggunakan kain ini, terpancar kesan elegan yang tegas. Katalog terbaru Tuneeca juga bereksperimen dengan potongan-potongan corak kain ikat dengan memadukannya dengan gaya etnis eropa, yang memiliki potongan busana yang rumit. Paduan tersebut menjadi inovasi yang tertuang dalam Katalog “Slavia Grunge” dan “European ethnic”, untuk pecinta Tuneeca.
wah, nyeni sekali ni desain-desainnya.. I like it
Terimakasih Mbak… 🙂